Minggu, 04 Februari 2024

Iklan


 

Cerita pendek

 -PELANGI YANG KEMBALI-

 

Diandra tersenyum tipis melihat lukisan yang berada di depannya.Lukisan yang menggambarkan sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, ibu dan kedua anak perempuan.

"Merindukan mereka?", tanya Devan membuyarkan lamunan Diandra.

"Bohong,kalau aku bilang tidak merindukan mereka", balas Diandra.

"Kalau saja ayah masih hidup, ini semua gak bakalan terjadi", ucap Diandra.

"Kalau seandainya saja yang pergi itu aku dan bukan ayah mungkin sampai sekarang keluarga itu akan bahagia, ini semua salah aku", ucap Diandra.

"Berhenti nyalahin diri kamu sendiri, Ini semua sudah takdir dan kita gak bisa mengubah takdir itu", balas Devan.

"Sekarang ayo kita pulang hari sudah mau gelap", ajak Devan.

Diandra dan Devan pun pergi meninggalkan taman. Tak lupa Diandra membawa lukisan yang tadi sudah ia buat.

Setelah menempuh perjalanan beberapa menit akhirnya mereka berdua sampai di rumah Diandra.

"Kamu gak mau ikut masuk?"tanya Diandra.

Devan menggelengkan kepalanya."lain kali aja ",ucap Devan.

Diandra masuk ke dalam rumah, netranya menemukan ibu dan adiknya yang sedang menunggunya pulang. Wajah ibu terlihat sangat kesal.

"Dari mana saja?hari sudah mulai gelap kenapa baru pulang?", tanya Ibu Diandra.

"Coba kamu liat Dania adik kamu?apa pernah dia kluyuran seperti kamu!", ucap ibu Diandra.

"Diandra tau kok bu, Dania gak akan mungkin jadi kayak Diandra", ucap Diandra.

"Baguslah kalau kamu tahu", cibir ibu Diandra.

"Diandra ke kamar dulu", ucap Diandra lalu berjalan ke kamarnya.

Dania yang melihat itu pun merasa kasian kepada Diandra. Setelah kepergian ibu, Dania pun menghampiri kamar Diandra.

"Kak,ini Dania", ucap Dania dengan mengetuk pintu kamar Diandra.

"Kamu ngapain disana?kamu pergi saja dania", titah Diandra dari balik pintu.

Mendengar ucapan dari sang kakak dania pun pergi dari depan kamar Diandra. Dania mengerti bagaimana perasaan kakaknya saat itu, ia tidak ingin menganggunya terlebih dahulu.

Keesokan harinya Diandra berangkat sekolah lebih pagi dari biasanya. Diandra pergi tanpa memberitahu ibu dan adiknya.

Sesampainya ia disekolah ia pun langsung menuju ke kelasnya dan duduk di bangkunya yakni dipojok belakang,tempat yang sangat ia sukai.

"Diandra?",panggil Devan yang baru saja memasuki ruang kelas.

"Tumben, berangkat pagi banget ada apa?",tanya Devan.

"Gak ada apa-apa,aku cuman pengen berangkat pagi aja", ucap Diandra berbohong.

"Kamu kira aku percaya begitu saja?aku kenal kamu gak sehari dua hari,aku udah kenal kamu dari lama dan sekarang ini aku tahu kamu lagi bohongin aku", ucap Devan dalam hati.

"Oh begitu, nanti pulang sekolah kamu free nggak?"tanya Devan.

"Free kok,emangnya ada apa?"tanya Diandra.

"Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat", balas Devan.

"Kemana?",tanya Diandra.

"Ada deh, pokoknya nanti pulang sekolah kita langsung berangkat", ucap Devan.

Sepulang sekolah Diandra dan Devan tidak langsung pulang melainkan mereka pergi ke tempat yang sama sekali tidak diketahui oleh Diandra.

"Ini kita mau kemana?masih jauh kah?",tanya Diandra sedikit berteriak karena terganggu oleh suara motor.

"Nanti kamu juga tau kok, ini masih lumayan perjalanannya", balas Devan.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan lama akhirnya mereka berdua sampai di tujuan.Diandra turun dari motor dan melihat ke sekeliling tempat tersebut.

Di sekeliling tempat tersebut ada rumah pohon ang kelihatannya baru saja selesai dihias dan disebelah rumah pohon tersebut terdapat danau, tak lupa perahu berwarna coklat yang berada dipinggirnya.

"Rumah pohon?"ucap Diandra kepada Devan.

Devan dengan antusias menganggukkan kepalanya."Rumah pohon ini adalah milik kakek yang kemudian diberikan kepadaku,aku sudah berjanji kepada kakek bahwa suatu saat nanti aku akan mengajak orang yang paling aku sayangi kesini dan yah sekarang aku mengajak orang tersebut", ucap Devan.

"Aku?",tanya Diandra.


"lya, kamu itu orang yang pertama kali buat aku merasa bahwa aku dihargai, kamu orang yang pertama membela aku ketika aku mengalami bullying disekolah", ucap Devan.


Memang semasa awal Devan bersekolah di SMA, ia menjadi korban bullying kakak kelasnya.Dan pada saat itu Diandra datang dan membela Devan,setelah kejadian itu mereka pun akhirnya berteman baik sampai sekarang.

"Terimakasih ya,ndra", ucap Devan dibalas anggukan oleh Diandra.

"Mau naik perahu berdua?",tanya Devan.

"Mau", balas Diandra.

Devan pun menarik tangan Diandra menuju ke pinggir danau.Diandra mulai menaiki perahu di bantu oleh Devan, dan setelah itu Devan naik dan mulai mengayuh perahu tersebut mengelilingi danau.

"Terimakasih Tuhan, telah mengirimkan seseorang seperti Devan di kehidupan ku, "ucap Diandra dalam hati.

Jam menunjukkan pukul 6 sore akhirnya mereka memutuskan untuk pulang, ada sedikit ketakutan di hati Diandra, ia takut akan dimarahi oleh ibunya lagi.

"Kamu kenapa?"tanya Devan melihat Diandra sedang termenung.

Diandra menggelengkan kepalanya."gak ada apa-apa", ucap Diandra bohong.

"Diandra", ucap Devan karena ia tahu Diandra tengah berbohong kepadanya.

"A-aku takut pulang, dev", ucap Diandra terbata-bata.

"Takut dimarahin ibu kamu lagi?", tanya Devan diangguki oleh Diandra.

"Gausah takut,aku akan coba ngomong baik-baik sama ibu kamu", ucap Devan menenangkan Diandra.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh,akhirnya mereka sampai di rumah Diandra.Devan menghentikan Diandra yang akan masuk ke dalam rumah. Devan menyuruh Diandra untuk bersembunyi dibalik tembok.

"Aku ngomong dulu sama ibu kamu, kamu tunggu disini saja", ucap Devan.

Devan mulai mengetuk pintu rumah Diandra,pintu terbuka mendapati seorang wanita paruh baya. yang tak lain adalah ibu Diandra.

"Kamu?ada keperluan apa kemari?dan dimana anak pembawa sial itu", tanya ibu Diandra.

Jantung Diandra terpacu lebih cepat mendengar perkataan dari ibunya.

"Tante kenapa sih selalu memperlakukan Diandra seperti Tante memperlakukan anak tiri, Diandra itu anak kandung Tante", ucap Devan.

"Ya karena dia pembawa sial, dia memang pembawa sial, gara-gara dia suami saya meninggal,gara-gara menyelamatkan anak itu suami saya yang menjadi korban tabrak lari", balas Ibu Diandra meluapkan semua amarahnya.

Hati Diandra serasa teriris mendengar ucapan itu dari mulut ibunya sendiri. Diandra keluar dari tempat persembunyiannya dan berlari keluar halaman rumah.

"Diandra!"panggil Devan dihiraukan oleh Diandra.

"Anak itu?sejak tadi dia ada disini?"tanya ibu Diandra.

"Iya Tan, dan sekarang Diandra tau apa saja yang dikatakan Tante terhadap dirinya", ucap Devan.

"Ya baguslah!berarti dia sekarang sudah sadar bahwa dia adalah anak pembawa sial!", ucap Devan.

"Terserah tante, sekarang Devan mau nyusulin Diandra, karena Devan tahu Diandra hanya punya Devan", ucap Devan lalu pergi menyusul Diandra.

Ditengah perjalanan Devan menghentikan motornya, ia bingung harus mencari Diandra kemana lagi, sedangkan hari sudah malam.

"Kamu dimana ndra?aku khawatir", ucap Devan.

Tiba-tiba saja ponsel Devan berbunyi,ia lalu membuka ponselnya dan mengangkat telepon tersebut.

"Van, kamu ada dimana?aku lihat di atas gedung samping sekolah ada Diandra,aku takut dia bakalan ngelakuin hal yang nggak-nggak", ucap seseorang perempuan yang tak lain adalah Maura teman sekelas Devan.

"Ra,coba tenangin Diandra dulu aku akan segera kesana", balas Devan lalu menutup telepon tersebut.

"Diandra jangan sampai lakuin hal itu", ucap Devan berharap.

Tak butuh waktu lama akhirnya Devan sampai di gedung dekat sekolahnya dan benar saja di sana sudah ramai orang. Mereka semua berteriak kepada Diandra, berusaha menghentikan aksinya.

"Ya karena dia pembawa sial, dia memang pembawa sial,gara-gara dia suami saya meninggal,gara-gara menyelamatkan anak itu suami saya yang menjadi korban tabrak lari", kata-kata itu terus berputar di kepala Diandra.

Dengan cepat Devan berlari untuk menyusul Diandra ke atas. Saat ia sampai di atas ia menemukan Diandra yang akan bersiap loncat dari gedung tersebut..

Devan menarik Diandra ke pelukannya, berusaha menenangkan Diandra."apa yang kamu lakuin? kalau saja aku tidak datang tepat waktu aku gak tau apa yang akan terjadi sama kamu," tanya Devan.

"Aku capek Dev", ucap Diandra.

"Aku tahu,aku tahu kamu capek tetapi dengan cara kamu bunuh diri gak bakalan bisa ngubah apapun", ucap Devan menasehati Diandra.

"Bunuh diri gaakan nyelesain apapun", ucap Devan.

"Diandra", tanpa diduga-duga ibu Diandra datang bersama dengan Dania, kemudian ibu Diandra memeluk Diandra.

"Maafin ibu sayang, ibu terlalu jahat kepada kamu, ibu masih tidak bisa ikhlas dengan kepergian ayah kamu", ucap Ibu Diandra.

"Dania sudah menjelaskan semuanya, ibu sadar bahwa ibu terlalu jahat kepada kamu", ucap Ibu Diandra.

Flashback on

Dania mendengar percakapan antara Devan dan ibunya. Setelah kepergian Devan, Dania menghampirinya sang ibu.

"Benar kata kak Devan ibu selalu menganak tirikan kakak", ucap Dania.

"Dania kamu jangan ikut-ikutan, kamu masih kecil", ucap Ibu Diandra.

"Dania memang masih kecil tapi Dania paham bu, Ayah di sana tentunya sangat kecewa melihat ibu memperlakukan kakak layaknya seperti anak tiri", ucap Dania.

"Kakak gak tau apa-apa Bu, berhenti nyalahin kakak atas kematian ayah", ucap Dania berusaha menyadarkan ibunya.

"Selama ini kakak selalu tersiksa bu,kakak bingung apa yang harus ia perbuat agar ibu gak benci lagi sama kakak", ucap Dania membuat ibu Diandra bungkam.

Flashback off

"Ibu mau menyayangi aku seperti dulu lagi?",tanya Diandra dengan nada lirih.

Ibu Diandra menganggukkan kepalanya pelan, "ibu mau sayang", ucap ibu Diandra.

Kemudian ibu Diandra memeluk Diandra lagi. Pelukan yang selama bertahun-tahun menghilang kini mulai kembali. Devan pun tersenyum lega karena melihat Diandra yang sekarang mulai tenang.



-TAMAT-

Minggu, 21 Januari 2024

Hi!

selamat datang di blog alysia


-jangan lupa bahagia.

kalo lupa sini.aku bahagiain.


Cerita Inspiratif